Beranda | Artikel
Adab Penuntut Ilmu dalam Bergaul
Kamis, 26 Juni 2025

Adab Penuntut Ilmu dalam Bergaul adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Dr. Emha Hasan Ayatullah pada Sabtu, 25 Dzulhijjah 1446 H / 21 Juni 2025 M.

Kajian Islam Tentang Adab Penuntut Ilmu dalam Bergaul

Seseorang selalu dalam kebaikan selama dia belajar. Disebutkan sebuah atsar yang dinukil dari Salman al-Farisi radiyallahu ‘anhu:

لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا بَقِيَ الأَوَّلُ حَتَّى يَتَعَلَّمَ الآخِرُ، فَإِذَا ذَهَبَ الأَوَّلُ قَبْلَ أَنْ يَتَعَلَّمَ الآخِرُ هَلَكَ النَّاسُ.

“Semua orang masih dalam kondisi aman (masih baik) selama orang yang awal masih ada sehingga ilmunya dipelajari orang-orang yang datang belakangan. Apabila orang yang senior sudah wafat belum sempat orang yang junior belajar maka manusia akan binasa.”

Patokannya adalah belajar. Maka ketika wafat itu menjadi sunnatullah. Wafatnya para ulama disebut sebagai “dhahabul-‘ilm” (ذَهَابُ الْعِلْمِ) hilangnya ilmu. Abdullah bin Mas‘ud radiyallahu ‘anhu berkata: “Hendaklah menuntut ilmu sebelum ilmu itu dicabut. Dan hilangnya ilmu adalah dengan wafatnya para ahlinya.”

Artinya ketika orang mendapatkan kesempatan belajar kemudian dia laksanakan, maka ini sebab sebuah kebaikan masih bertahan. Dan memang di antara tanda akhir zaman adalah banyaknya kebodohan. Dan para ulama di zaman sahabat tidak semuanya senior alias tidak semuanya tua. Bahkan sebagian mereka yang tua belajar dari yang muda kalau memang yang muda memiliki ilmu. Bahkan ketika ada sebagian orang tidak mau belajar dari yang muda maka dikhawatirkan ini tanda kesombongan.

Diriwayatkan bahwa salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang sudah berusia lanjut, yaitu Hakim bin Hizam radhiyallahu ‘anhu, pernah membaca Al-Qur’an kepada Mu‘adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu seorang sahabat muda dari kalangan Khazraj. Ketika itu, ada seseorang yang berkomentar: “Engkau, yang sudah senior, membaca Al-Qur’an kepada orang yang masih muda dari kalangan Khazraj?” Kritikan itu memang pada usia, lalu sahabat tersebut paham kemudian menjawab: “Yang menghancurkan umat ini adalah kesombongan mereka.” Ini yang barangkali menunjukkan ketika beberapa orang masih sadar perlu belajar kepada ahlinya. Dan yang jelas kalaupun seandainya kita tidak bisa meniru gaya para ulama, selama kita masih bisa belajar maka ini merupakan kemuliaan.

Sifat Seorang Penuntut Ilmu

Kemudian di antara sifat seorang penuntut ilmu ketika harus berhadapan dengan gurunya berhadapan dengan majelisnya kemudian ketika dia bersikap dengan dirinya sendiri kita, adalah sebagai berikut:

  • Membersihkan hatinya sebelum menjadi tempat ilmu kalau hatinya kotor tidak pantas menjadi tempat ilmu.
  • Harus menjaga niat dalam menuntut ilmu.
  • Harus memiliki sifat ridha terhadap apa yang Allah takdirkan untuknya.
  • Hendaknya menjaga makanan dari yang haram dan syubhat.
  • Hendaknya menjaga waktunya.
  • Memperhatikan istirahat badan secara fisik dan batin.
  • Refreshing jika dibutuhkan.
  • Meninggalkan bergaul secara berlebihan terutama pergaulan yang bukan seorang thalabul ilmi.

Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu berkata: ”Lidah kalau kita tidak paksakan untuk dzikir kepada Allah maka dia akan menyibukkan kita dengan sesuatu yang berbahaya untuk diri kita dan itu pasti.” Karena itu, ketika berbicara dengan orang yang bukan thalibul ‘ilm, sering terasa bahwa pembicaraan tidak nyambung, atau cenderung hanya tentang dunia. Bahkan yang lebih parah, bisa sampai menjurus kepada ghibah kemudian tidak bermanfaat dan merugikan. Terutama lagi bila teman berbicaranya dikenal sebagai orang yang gemar bermain-main dan jarang menggunakan akalnya untuk berpikir.

Di antara sisi negatifnya yang kelihatan sekali orang banyak bergaul adalah umurnya hilang sia-sia tanpa ada manfaatnya. Duit pun bisa begitu ketika diberikan kepada orang yang tidak ahlinya atau tidak berhak menerimanya orang menghambur-hamburkan uang seandainya diberikan yang bermanfaat maka dia akan lebih berbahagia, tetapi ketika dia hambur-hamburkan meskipun dia punya meskipun dia punya akan tetapi diberikan kepada orang yang tidak berhak maka dia rugi.

Hendak dilakukan oleh setiap penuntut ilmu, kalau dia mau bergaul, dia bergaul dengan orang yang bisa dia ambil ilmunya, dia ambil manfaatnya, atau dia yang memberi manfaat kepada orang tersebut. Kalau memang dia butuh teman bergaul, teman dekat, maka pilihlah yang shalih dan paham agama.

Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘Anhu pernah berkata: “Wahai saudaraku, jangan engkau berteman dengan orang yang bodoh. Berhati-hatilah. Betapa banyak orang bodoh berhasil merusak orang yang bijak, ketika dia ingin bergaul dan menjadikannya teman dekat orang itu akan dinilai dari kawannya (ketika ia sudah berteman dekat).”

Salah seorang ulama berkata: “Teman dekatmu yang betul-betul dan sesungguhnya adalah orang yang selalu bersamamu, yang siap mengorbankan dirinya untukmu. Ketika orang lain melihatmu ditimpa musibah, maka dia ikut bersedih, agar kamu bisa kehilangan kesedihanmu.”

Inilah yang boleh dijadikan teman dekat. Jika tidak mendapatkan teman yang seperti ini, maka batasi.

Ada nasihat dari seorang ulama besar, yaitu Imam Syafi‘i rahimahullah yang wafat pada tahun 204 H. Beliau memberi pesan kepada muridnya yang bernama Yunus bin ‘Abdil A‘la al-Fihri asy-Syafi‘i al-Misri, seorang ulama besar dari Mesir yang wafat pada tahun 264 H. Muridnya ini pernah berdebat dengan Imam Syafi‘i dengan sangat keras. Tapi meskipun demikian, hubungan mereka tetap dekat Suatu ketika, Imam Syafi‘i memegang tangan Yunus, lalu berkata:

“Wahai Yunus, engkau terlalu membatasi diri dalam pergaulan, akibatnya orang-orang memusuhimu. Namun, kamu juga terlalu mudah mencari teman ngobrol dan bergaul. Karena itu justru membuka pintu pertemanan dengan orang-orang yang tidak baik.”

Lalu beliau menasehati: “Usahakan sebisa mungkin kamu berada di tengah-tengah. Jangan menjadi seperti orang yang tidak mau bergaul sama sekali, tapi juga jangan terlalu banyak bergaul. Ambillah jalan pertengahan.”

Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55256-adab-penuntut-ilmu-dalam-bergaul/